BATU: Halaman 1

BATU

NOVEL, Halaman 1

Sssssuuuuutttttttt!!!!!!! wwwiiiiiisssssshhhhh!!!!!!!! suara desingan yang sudah tak asing di telingaku, tampak motor yang berbentuk kapsul lonjong kedepan bergerak mengambang di atas tanah. Ia, mengambang di atas tanah! Motor yang didesain oleh otomotif terkenal di negeri kami, motor ini memiliki gaya dorong magnet yang sangat besar dan dijalani dengan elektrik sebagai penggerak dan juga sebagai pengarah jalan, begitu juga dengan kendaraan berbentuk seperti mobil di tahun 2000-an itu. Mobil yang melintas didepanku memiliki bentuk kotak besar, hanya saja tidak ada roda sebagai penahan dan pengarah jalan. Mobil ini bergerak mengambang, dengan arah saling berpapasan satu dengan yang lainnya. Penampakan kota juga dipenuhi dengan gedung-gedung bertingkat yang bahkan beberapa gedung ada yang berdiri kokoh hingga memuncak ke awan, bagi kami mudah sekali untuk memasuki ruangan tertinggi itu, karena ditiap-tiap gedung sudah memiliki lift dilapisi kaca tebal yang sangat cepat. Jangan heran hanya dalam hitungan detik, orang-orang sudah sampai di ruangan tertinggi itu. Beginilah kondisi di kota, yaaa singkatnya aku sangat senang dengan hidup yang sekarang.

Aku adalah seorang pelajar di sekolah menengah pertama kegiatanku sehari-hari sekolah dan sewaktu-waktu di saat pulang sekolah sering kali mengganggu alat-alat aneh milik pamanku di ruangan pribadinya yang dia sebut sebagai laboratorium pribadi, seperti itulah aku memang bisa dibilang anak yang bandel, tetapi lebih senang jika disebut sebagai anak yang menyukai hal-hal yang menantang untuk mengenal sesuatu lebih dalam. Contohnya saja, dulu pernah mengunjungi sendiri di air terjun yang biasa orang-orang sekitar menyebutnya adalah air terjun gunung mangkuk. Di sebut gunung mangkuk karena gunung itu sangat mirip seperti  mangkuk yang biasa digunakan sebagai wadah makanan berkuah, seperti bakso, mi ayam, soto, dll. orang-orang pernah menyampaikan bahwa di tempat itu ada mitos tentang hewan besar berkeliaran.  meskipun begitu, rasa takut mengalahkan rasa penasaranku. karena malah semakin tertantang untuk pergi ke gunung menyeramkan itu, apalagi bentuk dari gunungnya sangatlah unik.

Sesampainya di sana, aku di suguhkan oleh pemandangan yang indah nan elok layaknya hutan yang asri, sejuk dan tampak hijau tentunya, tetapi untuk kali ini aku pergi sendiri dan tanpa menggunakan celana panjang dan baju panjang seperti pendaki-pendaki seperti Dzawin Nur dan lainnya. Sesampainya di base camp tempat parkir motor elektrik, kemudian harus berjalan kaki naik untuk sampai ke tempat air terjun. Selama di perjalanan, kaki ini selalu bersentuhan langsung dengan ilalang-ilalang yang tumbuh memanjang karena di sana masih memiliki vegetasi yang sangat padat, pohon-pohon besar seperti pohon meranti dan pohon durian tartancap kokoh di sekitaran gunung, nampak sudah berumur ratusan tahun. Selain itu ada juga tumbuhan hutan seperti bambu hutan dan sejenisnya melengkapi pembuktian bahwa hutan masih terlihat sangat alami.

Melintasi hutan lebat dengan kaki gatal berharap bisa membawaku sampai ke air terjun untuk membayar selama di perjalanan. Baru saja 20 menit berjalan kaki, tampak melihat hewan yang besar, entah hewan apa itu kedengarannya sedang meringkih kesakitan. Dengan penuh rasa penasaran aku mencoba mendekati hewan tersebut dengan perlahan. Hewan bertubuh besar itu lalu menghadapkan wajahnya sehingga tampak raut wajah kesakitannya. Diri ini juga ada rasa takut untuk mendekat, tetapi hati kecil mencoba menenangkan, sedikit memerhatikan dari kepala dan sampai kaki sepertinya wujudnya tak asing, seperti wujud harimau di tahun 2000-an terlihat di internet pada gawai cahaya punya pamanku. Merasa ketakutan? Sudah pasti sekilas aku membaca bahwa hewan bertubuh besar ini memiliki karakteristik yang paling buas dari komunitasnya. Setelah lama memerhatikan, ternyata harimau ini memiliki luka di kakinya. Seperti panah yang tertancap di luka itu, segera aku mengeluarkan obat-obatan penghilang rasa sakit dari ransel, kemudian sambil menahan luka agar tidak keluar darah yang lebih banyak lagi, perlahan menarik panah yang menancap. Panah itu pun terlepas lalu dengan cepat melilitkan dengan perban dan di basahi dengan cairan penghilang rasa sakit.

Harimau itu langsung cepat berlari ke dalam hutan, mungkin karena masih memiliki trauma terhadap manusia. Di zaman ini memang hewan dianggap mitos oleh sebagian warga, karena pembalakkan hutan untuk pembangunan peradaban manusia yang meningkat dan pembangunan pabrik-pabrik, perusahaan dll.

Perjalanan berlanjut dan sambil membuka gawai yang dibawa, walaupun masih punya paman. Gawai ini selalu dikenakan layaknya gelang, cara memakainya tinggal dihentakan ke arah kanan atau kiri, kemudian keluarlah layar kecil seperti hologram. Untuk menemani selama perjalanan, aku membuka musik yang sedang viral. Tampak hewan-hewan kecil seperti serangga dan kupu-kupu hutan yang pernah ditampilkan di gawai. 10 menit berjalan, sampai di air terjun, langsung saja aku menaruh tas di batu samping aliran sungai dan membuka baju dengan menekan tombol yang ada di sisi kanan pinggang, perlahan baju dan celana terbuka sendiri dan menggulung ke tempat tombol yang ku tekan. Langsung saja badan ini menikmati pemandian alam yang di tunggu-tunggu. Beginilah pengalamanku pergi sendiri ditempat gunung mangkuk.

Pagi ini akan menjadi hari terbaik bagi teman-teman di sekolah, karena aku datang membawakan mereka sesuatu yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. kardus itu harus di bawa dengan hati-hati, karena isi di dalamnya akan mudah terguncang. dengan harapan tidak terjadi sesuatu di dalamnya, jika hal itu terjadi maka gagal sudah yang kelak membuat terkesan oleh kawan-kawan nanti.

Sesampainya di kelas dan waktu yang ditunggu-tunggu, saat istirahat pun tiba. Kemudian dengan sigap Tino dan fina mendekat, penasaran dengan apa yang telah aku bawa untuk mereka. Perlahahan kotak tersebut telah terbuka.

“Cepatlah kau buka! Aku penasaran apa isi dalam box itu”

Box itu pun aku buka dengan menekan tombol berwarna merah diatas yang tampak timbul, bagian atas yang berbentuk datar berubah menjadi transparan bening,  kemudian secara otomatis bergeserlah ke kiri dan ke kanan papan transparan itu seolah membuat gerakan membuka dua daun pintu.

Mereka terpelongon melihat apa yang ada di dalam box tersebut. Riam memasuki tangannya ke dalam box tersebut menggerakkan tangannya seolah menggapai sesuatu. Isi dalam box itu diangkatnya.

“ngeeeooongg” kedua temannya mengericutkan keningnya karena tampak terkejut mendengarkan suara dari isi  yang telah kuangkat.

“ini adalah purwarupa hewan yang pernah hidup di  tahun 2000-an lalu, hewan ini sudah punah karena orang-orang selalu berburu, banyak hutan-hutan tempat tinggal kucing rusak karena pengalihan lahan, pembangunan dan kebakaran hutan.selain karena rusaknya habitat,aktifitas lainnya seperti perburuan dan perdagangan ilegal satwa liar juga berperan besar mengancam kepunahan kucing-kucing hutan.” Aku menjelaskan dengan mengangkat kucing purwarupa itu.

“wah keren sekali kucing ini, walaupun hanya berbentuk tiruan dan memiliki kulit besi layaknya robot optimus prime.” Jawab Tino.

“tetapi tunggu dulu.” Fina memberhentikan pembicaraan mereka.

“ada apa Fina?” aku manjawab cepat.

“apakah tadi kau mengatakan jika ini purwarupa, jika benar maka apakah robot kucing ini akan di kembangkan.” Fina menambahkan ucapan yang sempat terhenti.



cooming soon


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

NISAN AYAH

JENAK