NISAN AYAH
NISAN AYAH
Yah,
dengar sebentar suaraku yah
Anakmu
sedang menanggung beban, beban yang dulu ayah rasakan. Kapan ayah memberiku
saran yah. Apakah siang nanti, atau malam nanti yah.
Jika
malam nanti ayah sempat, aku akan siapkan roti dan kopi kesukaan ayah. Kita
duduk sejenak di teras rumah kita, sambil menatapi bintang yang timbul satu persatu.
Kenapa
ayah diam saja yah, ayolah yah jawab pertanyaanku yah. Iya, kini nisanlah batasanku.
Andai
waktu bisa diulang, aku akan kembali ke masa lalu bersama ayahku, dan akan ku
adukan semua masalahku padanya, biar dunia tw rasa kalau aku memiliki ayah. Hahaa.
Ayahku itu kuat, lihat saja saat ia memikul beban membiayai keluarga, pergi pagi, siang
hari datang mencicipi nasi, kemudian pergi lagi. Petang nanti baru datang
menghadiri.
Ayah
yang ku kenal tak pernah menampakkan sakitnya, sakit secara lahir dan batin, di
depan kedua anak.
Sekali
ia tersenyum mudah sekali terlepas, bagaikan mobil balap meninggalkan garis start, laju sekali.
Aku yang
dulunya biasa saja menganggap remeh tawanya. Sekarang rindu sekali. Di saat ia
izin pamit untuk tak menjadi aktor lagi.
Aku
hanya ingin di saat aku sukses kelak, ia adalah orang pertama yang akan
mengatakan dengan bisiknya padaku.
“Nak, ayah bangga padamu”
2021, Singkawang
Ok paragraf 1 dan 2, paragraf selanjut y masih bingung, puisi atau syair, heee
BalasHapustidak akan saya kasi tahu
BalasHapus